Thursday 16 January 2014

Kita adalah Lukisan Tuhan

Cynthia's Blog

Tuhan itu pelukisnya

Aku kanvasnya

Dan kamu coretan di kanvasku


Aku kanvas. Tuhan menorehkan pensil dan kuasnya diatas tubuhku. Ia selalu berhati-hati dalam membuat setiap guratan pensil, bahkan sekecil apapun. Ia orang yang sangat teliti, Ia mengukur pinggiran badanku terlebih dahulu, meraut semua pensilnya dan membersihkan ujung kuas dan paletnya.Setiap kali Ia melukis rasanya sangat menggelikan. Kadang bahagia menjalari tubuhku karena bisa merasakan tanganNya yang berkarya, bahagia karena mataNya selalu menatapku dengan tajam dan penuh kehati-hatian, bahagia karna Dia selalu dihadapanku dan menentukan akan jadi apa aku ini. Kadang lukisannya sangat rumit, membuatku pusing bagaimana Ia mengakhirinya. Namun itu selalu tampak mudah bagiNya. Tiba-tiba saja Ia mengakhiriNya dengan goresan yang lembut dan bermakna. Selalu begitu. Itu menyebalkan di satu sisi, karna aku lebih suka Ia melukisku dengan perpaduan warna sederhana yang bermakna, bukan yang rumit-rumit. Dibalik lukisannya yang penuh liku, Ia selalu mengejutkanku, menghadiahi aku dengan goresan akhir yang indah. 

Tia-tiba saja Ia mengejutkanku. Bukan kejutan yang menyenangkan. Ia menggoreskan satu coretan besar di tubuhku yang putih. Aku tidak tahu maksudnya. Ini bukan Dia yang kukenal. Dia tidak mengukur pinggiran tubuhku lagi, tetapi langsung meraut pensil dan membuat coretan besar di tengah badanku. Aku sedikit gusar. Mau jadi apa coretan ini. Bahkan aku pikir, Tuhan melakukannya dengan sengaja.

***
Halo! Aku coretan! Aku sedang tersenyum kepada kalian. Entahlah. Tuhan membentukku seperti coretan di wajah manusia bulat berwarna kuning, jadi sudah seharusnya aku tersenyum. Kelahiranku tidak terencana. Yah, aku tidak tahu. Rasanya seperti lahir diluar perkawinan orang tuamu. Tapi Tuhan berbisik padaku, katanya tidak ada yang terjadi di luar rencananya, ia sudah mengaturnya. KataNya dalam waktu dekat aku akan menyempurnakan hidup sebuah kanvas, tetapi sebelum itu aku harus menunggu dengan sabar. Ia akan menyelesaikan goresan yang lain terlebih dahulu.
***
Awalnya kanvas sangat gusar dengan kehadiran coretan itu, bukan gusar tepatnya, tetapi gelisah. Apakah yang dilakukan Tuhannya ini benar? Apakah bersama coretan ini akan menjadikannya sebuah lukisan sempurna? Berbagai dugaan berkelebat di hatinya. Sementara itu si coretan biasa saja. Ia mencoba mengajak si kanvas bicara dan bersenda gurau. Coretan itu banyak tertawa dan sangat lucu. Hidupnya sangat santai. Ia berkata pada kanvas," Tuhan yang memperbolehkan aku hadir di atasmu,jika ia ingin menghapusku, maka hapuslah. Tapi aku yakin segala tindakannya pasti bermakna." 
Kanvas sangat heran, tetapi perkataan barusan sungguh menarik simpatinya. Ia tidak segelisah dulu. Ia banyak bercerita dan tertawa pada si coretan. Mereka menjadi sangat dekat dan akrab.

Hingga suatu saat, Tuhan mengarahkan penghapusnya ke arah coretan dan membuat kanvas berteriak. Ia tidak ingin coretan itu menghilang dari tubuhnya. Tetapi ia juga ragu apabila Tuhan menawarkan untuk meneruskan coretan ini, menjadi semakin lebar dan panjang. Kanvas hanya terdiam. Kehadiran coretan ini sudah memberinya makna tersendiri tetapi ia tidak berani meminta pada Tuhan untuk melanjutkannya. Akhirnya, dalam tangis kebingungan, kanvas berkata," Biarkanlah coretan ini berbentuk seperti semula. Jalinlah coretan, guratan, arsiran, titik-titik lainnya yang akan menghubungkan kami. Maka kami akan menjadi lukisanmu yang terbaik."

Tuhan hanya tersenyum penuh makna, ia tidak membalas perkatan kanvas. Ia membuat arsiran di sekitar badan coretan dalam diam. Kanvas tidak mengerti apa maksud Tuhan. Kemudian coretan menatap matanya dan berkata "Kupikir aku jatuh cinta denganmu,"

"Apa?Ini baru beberapa hari sejak kau di sini. Kau belum terbiasa denganku, bagaimana kau bisa bilang cinta?"
"Cinta datang karena proses, prosesku denganmu sangat cepat tetapi berkualitas."
"Berkualitas apa?"
"Sudah diam saja..sstt"

Lalu mereka akan bekerja sama untuk menjadi lukisan terbaik untukNya 
 "Semua itu tergantung kamu. 
Mau jadi apa coretan itu. 
Pasti kamu bisa mengubahnya menjadi bentuk yang lebih bermakna. 
Jangan takut, aku akan membantumu memegang kuasnya"

Wednesday 15 January 2014

Perjuangan Ibu Anak Autitis

Cynthia's Blog

Judul: Nada Tanpa Kata
Pengarang: Mira W.
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2014
Tebal: 256 halaman

"Dia adalah segala-galanya bagiku. Aku tidak bisa membayangkan hidup tanpa kehadriannya. Tetapi ketika suatu hari dia meninggalkanku, aku terpaksa terus melangkah walau dalam hampa."

Nada Tanpa Kata adalah novel Mira W. Yang kental dengan unsur perjuangan hidup seorang ibu. Diceritakan dengan sudut pandang orang ketiga serba tahu, ia menggambarkan kehidupan Arista yang penuh liku dengan baik. Penggunaan kata yang sederhana namun memikat membuat cerita perjuangan ini mudah dimengerti. Alur cerita yang maju mundur membuatnya semakin komplek dan tidak mudah ditebak.
Arista Natalia adalah seorang ibu yang tangguh. Hidupnya yang penuh penderitaan menempanya menjadi manusia yang kuat tetapi berhati lembut. Ia tidak pernah menyalahkan Tuhan. Ucap syukur selalu memenuhi doanya. Meskipun Tuhan selalu memberinya jalan berliku, ia tidak pernah mengeluh.
Arista adalah seorang istri simpanan dari dokter Bram Nataladewa yang berkarier tinggi dan punya istri yang cantik. Ketika anaknya lahir, Bram menyuruhnya untuk aborsi. Akan tetapi Arista mempertahankan kehidupan dalam kandungannya tersebut. Ia percaya bahwa anak itu adalah anugerah Tuhan. Namun, anak tersebut mengidap autisme. Dengan ketegaran hatinya, ia melatih anaknya agar dapat hidup mandiri, bahkan berguna untuk sehari-harinya. Alex, sang anak autitis, menemukan bakatnya dalam bidang fotografi. Foto-fotonya sangat menakjubkan dan membuat orang terkesan padanya, termasuk Adelana. Mereka menjadi sangat dekat dan akhirnya membuahkan seorang anak yang bernama Dion.
Awalnya Adelana sangat takut sebab ia tidak bisa menggantungkan hidupnya pada suami autitis dan merencanakan aborsi. Tetapi Arista melarangnya, sebab anak itu adalah cucunya. Namun ia harus bekerja dua kali lebih keras untuk biaya hidup menantu dan cucunya tersayang. Perjuangannya terbayar ketika lahir seorang anak bernama Dion, seorang bayi sehat yang tidak mengidap autisme.Namun pernihakan dengan Adelana harus berakhir dengan selembar surat cerai.
Alex meninggalkan Arista ke tanah Afrika untuk mengikuti kontes foto sedunia. Meskipun berat tetapi ia melepaskan kepergian anaknya. Bulan demi bulan ia lalui dengan penuh kerinduan. Ia mencoba bertemu dengan cucunya tetapi Adelana selalu membawanya pergi. Dokter Bram juga mencoba mengajaknya rujuk kembali setelah cerai dari isterinya. Hingga akhirnya Adelana mengatakan bahwa ia mengidap kanker ganas. Hidup Arista sangat berantakan. Tetapi ia mencoba bertahan dan tidak mengeluh. Ia bekerja dua kali lebih keras, mengurus cucunya dan membiayai operasi menantunya.
Sementara itu, Alex bertemu dengan Diana,seorang wanita Afrika cantik yang mendampinginya ke mana pun ia pergi. Alex jatuh cinta padanya, meski tanpa kata terucap. Ketika Alex harus kembali ke Indonesia, Diana berjanji akan menyusulnya. Akan tetapi, semua itu tidak pernah terjadi. Sebab Alex terbunuh saat terjadi penembakan di mall oleh sekelompok kaum militan. Kabar kematian Alex merenggut sebagian jiwa dari Arista. Ia sangat sedih mendengar kenyataan bahwa Alex. sudah meninggalkannya lebih dulu.Namun ia tetap bangkit dan tidak larut dalam kesedihan. Ia membuat pameran foto karya anaknya dan berjanji merawat cucunya dengan segenap hati. Dion dan Chui.
Beberapa kalimat deskripsi terkesan diulang-ulang dan batas perpindahan alur cerita maju mundurnya tidak tampak dengan jelas sehingga kadang menyulitkan pembaca. Akan tetapi, nilai kehidupan yang terkandung di dalamnya sangatlah banyak. Melalui figur Arista, kita belajar untuk mencintai Tuhan apa adanya tanpa pernah mengeluh.

“Semoga mimpi indah menghampiri tidurmu. Tetapi jika tidak, biarlah kenangan masa lalu kita yang mengantikannya. Kamu adalah bagian terbaik dari diri Mama. Untukmu Mama dedikasikan seluruh cinta, mimpi, dan pengharapan Mama”

Coprights @ 2016, Blogger Template Designed By Templateism | Distributed By Blogger Template