“Jika kau mencari orang dengan hubungan tanpa komitmen, maka
kau bicara dengan orang yang tepat,” kataku sombong sambil tersenyum
meyakinkan. “Oh benarkah? Kukira hanya aku yang berpikir seperti ini..”
gumamnya mengerti.
“Tidak juga. Aku telah mengamatimu lebih dari setahun dan
kurasa aku mengerti apa yang kau butuhkan.”
Ia hanya tertawa, terdengar seperti bunyi dengungan,” Well,
welcome my lady.”
Lalu aku jatuh ke dalam perasaanku sendiri.
***
Aku Bunga, bagian dari sebuah pohon
Kehidupan yang mekar setiap musim semi. Akulah mahkota keindahan pohon ini.
Sebenarnya aku tidak dapat menyatakan “Akulah”, sebab pohon ini memeliki banyak
bunga yang sama indahnya denganku, bahkan beberapa ada yang lebih indah.
Baiklah, sangat indah.
Lalu ia datang pada kehidupanku. Tidak,
lebih tepatnya aku menariknya dalam kehidupanku. Dia adalah Lebah, yang mampir
setiap musim semi untuk menghisap madu dan menebarkan serbuk bunga dari pohon
Kehidupan.
Ia tak pernah datang padaku sebelumnya,
sebab aku telah memiliki lebah lain yang terbiasa menghisap maduku sehingga ia
takkan melirikku. Namun, aku bertengkar dengan lebah itu dan ia memutuskan
tidak lagi mengambil sari madu dariku. Ketika itulah aku mulai melihatnya.
Lebah milik bunga lain. Sebenarnya bukan milik satu bunga saja, ia selalu
datang pada beberapa bunga, yang madunya paling manis aku kira.
Suatu ketika Ia tersenyum dan
mendatangiku dan kami bercakap-cakap hingga matahari setinggi pucuk daun pohon
ini. Aku memberitahunya bahwa lebah yang biasa datang kepadaku kini tak pernah
kembali. Ia sedikit terkejut kemudian menghiburku.
Kemudian aku hanyut dalam kedekatan diantara
kami. Kami telah berjanji untuk tidak membuat janji. Sebuah janji yang aneh,
namun memiliki seribu pasal dan ayat didalamnya. Kami tidak bisa begitu saja
muncul bersama, berdekatan, dan saling bersentuhan. Di kala bulan mulai tampak,
aku menarik Lebah dalam pelukanku. Aku memberikan apa saja untuknya, sari
maduku, kelopak bunga dan daunku. Aku memberikan apa saja dari tubuh Bungaku, bahkan
jika ia meminta, aku, akan memutus tangkai bungaku dan memberikan padanya.
Aku benar-benar mabuk oleh cintanya.
Oleh seekor Lebah yang baru dekat dengan hidupku, 10 hari lamanya.
***
Perasaan yang salah ini mulai muncul.
Aku tahu sangat jelas, bahwa aku yang melanggar perjanjian yang kami buat
dahulu. Lebah tidak bisa berkomitmen padaku.
Aku marah padanya bahwa ia sangat sulit dihubungi ketika aku memintanya
datang, ia balik membalas dengan gusar,” aku sedang sibuk sekarang, jika kau
tidak bisa bersamaku, tinggalkanlah aku.”
“Kenapa kau begitu mudah
mengatakannya?” tanyaku sedih.
“Karena aku tidak mau merubah diriku
pada siapapun. Aku sibuk sekarang, kau tidak bisa menghubungiku 24jam penuh,
aku punya pekerjaan dan keluarga besar orang tuaku yang selalu menungguku.”
“Aku selalu menaruhmu di atas segala
prioritasku..”
“Aku memang seperti ini. Tidak bisa
dihubungi terus-menerus. Pekerjaan dan keluarga adalah prioritasku. ”
Senyap. Diantara kami tidak ada yang
melanjutkan percakapan ini. Lebah meninggalkanku dan mengatakan akan menemuiku
secepatnya. Namun aku tidak yakin dengan janji yang dikatakannya. Sebab tidak
ada janji dalam perjanjian yang kami buat.
Aku sungguh tenggelam dalam perjanjian
yang salah. Kini aku merasa sengsara.
***
Menunggu adalah hal yang paling
menyiksa bagi orang tidak sabaran. Aku menunggu sang Lebah. Aku ingin
membuktikan bahwa perkiraanku salah, bahwa ia membutuhkanku sehingga cepat atau
lambat ia pasti datang padaku.
Namun, aku kembali membuat kesalahan.
Aku selalu menghubunginya lebih dulu. Aku tak bisa membuktikan perkiraanku dan
mulai membuat persangkaan sendiri. Aku merasa ia telah melupakanku jika aku
tidak menghubunginya sehari pun.
“Aku tidak bisa menghubungimu
terus-menerus, Bunga. Bukankah kau bilang
pula di awal perjanjian kita, aku tidak perlu menghubungimu 24 jam
penuh?”
Aku tersedak dari dalam. Aku adalah
pelanggar janji terbaik. Aku sadar betul aku membuat janji seperti itu
dengannya dan hanya menuntut perhatian Lebah ketika kami benar-benar bertemu.
Namun riak dalam hatiku terus bergema bahwa ia tidak mencintaiku.
“Aku tidak bisa bersamamu
terus-menerus. Jika kau ingin bersamaku, ikuti aku, ikuti aturanku. Aku tidak
mau merubah apapun dari diriku. Aku belum siap,” tegasnya.
Aku membisu. Aku tidak mengerti apalagi
yang harus kukatakan ketika ia marah.
“Aku membutuhkanmu. Poin selesai,”
katanya memutus pembicaraan.
Wajahku memerah, emosiku memuncak, dan
berkata, “ Katamu kau membutuhkanku, tapi kau bilang aku harus mengikuti
aturanmu! Katamu kau membutuhkanku, tetapi dengan mudahnya kau mengatakan ‘Aku
sibuk jika kau tidak bisa bersamaku, tinggalkanlah aku’! ”
Lebah merengut kesal. Sebelum dia
menjawab aku telah memotongnya dengan berkata, “Sudahlah, aku lelah menunggumu
punya waktu untukku. Kita selesai sampai disini.”
“Yasudah..”
Kami pun dirundung kegelapan. Tidak,
lebih tepatnya aku. Sesuatu dalam diriku remuk karena harapan yang membumbung
terlalu tinggi.
***
Ketika sebuah makhluk berkata kasar, menyakitkan,
dan dirundung amarah , apapun itu, didalamnya tidak ada rasa benci yang serius
untuk mengakhiri suatu hubungan. Ia tidak dapat berpikir jernih.
Lebah itu tanpa noda. Ia bersikap
sangat objektif sesuai dengan perjanjian yang mereka buat dahulu. Harapan
Bungalah yang membumbung setinggi langit dan menghempaskannya pada Lebah. Bunga
membuat janji di luar batas psikologisnya, ia tidak siap bermain dengan
perasaan. Tanpa disadari, ia kehilangan lebih sebelum ia memulai hubungan
dengan Lebah. Bunga tak bisa lagi bicara dengan Lebah ketika ia hinggap di
bunga lain, rasa malu terus membelenggunya.
FOOLS
Troye Sivan
I am tired of this place, i hope people change
I need time to replace what i gave away
And my hopes, they are high, i must keep them
small
Though I try to resist, I still want it all
I see swimming pools and living rooms and
aeroplanes
I see a little house on the hill and
children’s name
I see quiet nights poured over ice and
Tanqueray
But everyhthing is shattering and it’s my
mistake
Only fools fall for you, only fools
Only fools do what i do, only fools fall
Only fools fall for you, only fools
1