Pengarang: Cornelia Funke
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2011
Tebal buku: 420 halaman
Akhirnya Yesus! Buku ini sudah lama ingin aku beli sejak kelas 1 SMA tapi baru terbeli awal Juli 2014 lalu karena cuci gudang besar-besarannya Gramedia. Jadi semakin yakin kalau Tuhan mengabulkan keinginan kita, walaupun butuh waktu yang lama. Anyway, buku ini berkisah tentang seorang kakak beradik bernama Prosper dan Bo. Keduanya kabur dari kejaran paman dan bibi yang akan mengadopsi Bo dan membawa Prosper ke sekolah asrama. Cerita yang mengambil latar kemegahan kota Venezia ini membawa mereka berpetualang bersama teman-teman baru, Tawon, Mosca, dan Riccio. Mereka adalah sekelompok anak jalanan yang hidup di Istana Bintang,sebuah gedung bioskop tua. Mereka mendapat barang curian dari seorang anak laki-laki misterius bernama Scipio atau biasa dipanggil Pangeran Pencuri. Barang curian itu akan mereka jual pada seorang pedagang barang antik yang licik bernama Barbarossa. Suatu ketika, muncul Victor, seorang detektif yang disewa paman dan bibi Prosper untuk menemukan keponakannya. Namun, justru ia menemukan Istana Bintang kesayangan mereka, tak disangka pula ia mengetahui identitas Scipio yang ternyata putra Doctor Massimo yang sangat kaya di kota itu. Persahabatan mereka menjadi runyam karena merasa ditipu oleh Scipio. Masalah tidak selesai begitu saja, anak-anak itu mendapat tugas dari Sang Conte untuk mencuri sebuah sayap kayu dari Ida Spavento dengan imbalan uang yang sangat banyak. Sayap palsu tersebut akan digunakan untuk menghidupkan komedi Putar Suster Putri Kasih yang akan menjadikan seseorang lebih muda beberapa tahun. Sejak peristiwa itulah, kehidupan anak-anak jalanan tersebut semakin rumit.
![]() |
Sampul buku Tahun 2011 |
"Kau pernah merasa ingin cepat besar?" Prosper bertanya ketika mereka melewati jembatan yang tercermin samar-samar di permukaan air. Riccio menggeleng "Tidak, kenapa? Jauh lebih praktis kalau kita tetap kecil. Kita tidak terlalu menarik perhatian, dan kita jauh lebih cepat kenyang. Kau tahu apa yang selalu dikatakan Scipio?" Ia melompati ujung jembatan. "Anak-anak seperti ulat dan orang dewasa seperti kupu-kupu. Dan tidak ada kupu-kupu yang masih ingat bagaimana rasanya menjadi ulat."
nice banget ijin share yah kak
ReplyDeleteElever Agency