Pengarang: Mira W.
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2014
Tebal: 256 halaman
"Dia adalah segala-galanya bagiku.
Aku tidak bisa membayangkan hidup tanpa kehadriannya. Tetapi ketika suatu hari
dia meninggalkanku, aku terpaksa terus melangkah walau dalam hampa."
Nada Tanpa Kata adalah novel Mira
W. Yang kental dengan unsur perjuangan hidup seorang ibu. Diceritakan dengan
sudut pandang orang ketiga serba tahu, ia menggambarkan kehidupan Arista yang
penuh liku dengan baik. Penggunaan kata yang sederhana namun memikat membuat
cerita perjuangan ini mudah dimengerti. Alur cerita yang maju mundur membuatnya
semakin komplek dan tidak mudah ditebak.
Arista Natalia adalah seorang ibu
yang tangguh. Hidupnya yang penuh penderitaan menempanya menjadi manusia yang
kuat tetapi berhati lembut. Ia tidak pernah menyalahkan Tuhan. Ucap syukur
selalu memenuhi doanya. Meskipun Tuhan selalu memberinya jalan berliku, ia
tidak pernah mengeluh.
Arista adalah seorang istri
simpanan dari dokter Bram Nataladewa yang berkarier tinggi dan punya istri yang
cantik. Ketika anaknya lahir, Bram menyuruhnya untuk aborsi. Akan tetapi Arista
mempertahankan kehidupan dalam kandungannya tersebut. Ia percaya bahwa anak itu
adalah anugerah Tuhan. Namun, anak tersebut mengidap autisme. Dengan ketegaran
hatinya, ia melatih anaknya agar dapat hidup mandiri, bahkan berguna untuk
sehari-harinya. Alex, sang anak autitis, menemukan bakatnya dalam bidang
fotografi. Foto-fotonya sangat menakjubkan dan membuat orang terkesan padanya,
termasuk Adelana. Mereka menjadi sangat dekat dan akhirnya membuahkan seorang
anak yang bernama Dion.
Awalnya Adelana sangat takut
sebab ia tidak bisa menggantungkan hidupnya pada suami autitis dan merencanakan
aborsi. Tetapi Arista melarangnya, sebab anak itu adalah cucunya. Namun ia
harus bekerja dua kali lebih keras untuk biaya hidup menantu dan cucunya
tersayang. Perjuangannya terbayar ketika lahir seorang anak bernama Dion,
seorang bayi sehat yang tidak mengidap autisme.Namun pernihakan dengan Adelana
harus berakhir dengan selembar surat cerai.
Alex meninggalkan Arista ke tanah
Afrika untuk mengikuti kontes foto sedunia. Meskipun berat tetapi ia melepaskan
kepergian anaknya. Bulan demi bulan ia lalui dengan penuh kerinduan. Ia mencoba
bertemu dengan cucunya tetapi Adelana selalu membawanya pergi. Dokter Bram juga
mencoba mengajaknya rujuk kembali setelah cerai dari isterinya. Hingga akhirnya
Adelana mengatakan bahwa ia mengidap kanker ganas. Hidup Arista sangat
berantakan. Tetapi ia mencoba bertahan dan tidak mengeluh. Ia bekerja dua kali
lebih keras, mengurus cucunya dan membiayai operasi menantunya.
Sementara itu, Alex bertemu
dengan Diana,seorang wanita Afrika cantik yang mendampinginya ke mana pun ia
pergi. Alex jatuh cinta padanya, meski tanpa kata terucap. Ketika Alex harus
kembali ke Indonesia, Diana berjanji akan menyusulnya. Akan tetapi, semua itu
tidak pernah terjadi. Sebab Alex terbunuh saat terjadi penembakan di mall oleh
sekelompok kaum militan. Kabar kematian Alex merenggut sebagian jiwa dari
Arista. Ia sangat sedih mendengar kenyataan bahwa Alex. sudah meninggalkannya
lebih dulu.Namun ia tetap bangkit dan tidak larut dalam kesedihan. Ia membuat pameran foto karya anaknya dan berjanji merawat cucunya dengan segenap hati. Dion dan Chui.
Beberapa kalimat deskripsi terkesan diulang-ulang dan batas perpindahan alur cerita maju mundurnya tidak tampak dengan jelas sehingga kadang menyulitkan pembaca. Akan tetapi, nilai kehidupan yang terkandung di dalamnya sangatlah banyak. Melalui figur Arista, kita belajar untuk mencintai Tuhan apa adanya tanpa pernah mengeluh.
“Semoga
mimpi indah menghampiri tidurmu. Tetapi jika tidak, biarlah kenangan masa lalu
kita yang mengantikannya. Kamu adalah bagian terbaik dari diri Mama. Untukmu
Mama dedikasikan seluruh cinta, mimpi, dan pengharapan Mama”
0 comments:
Post a Comment